BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Prayitno
dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atu beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan
diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapatkan kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya (Frank Parson, 1951). Dalam Peraturan Pemerintahan NO. 29 tahun 1990
tentang Pendidikan Menengahdikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalamrangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Menurut
Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut klien) yang bermula pada teratisnya masalah yang
dihadapi klien.
B. Hubungan Bimbingan dan Konseling
Apabila
diteliti antara pengertian bimbingan dan pengertian konseling, kita akan
mendapatkan kesamaan disamping adanya sifat-sifat yang khas yang ada pada
kegiatan konseling. Hal dapat dikemukakan sebagai berikut:
v Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga
pengertian bimbingan lebih luas dari pada pengertian konseling (penyuluhan).
Oleh karena itu, konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk
guidance merupakan kegiatan konseling.
v Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor
dan conselee secara face to face (tatap muka). Adapun guidance
dijalankan secara grup atau kelompok.
C. Macam-macam Bimbingan dan Konseling
Terdapat
dalam perkembangan sejarahnya, bahwa bimbingan dan konseling pada awalnya hanya
terbatas pada bimbingan jabatan misalnya, “job selection, job placement”,
dan “job training”. Disamping bimbingan jabatan dirintislah bimbingan
dalam segi lain, yaitu dalam segi pendidikan, seperti yang dirintis oleh Jesse
B. Davis. Seperti yang dikemukakanoleh Blum dan Halinsky, “briefly, there
are there major types of counseling: vocational, educational, and personal.
Artinya adalah singkatannya, ada tiga jenis utama konseling: kejujuran,
Pendidikan, dan pribadi”.
D. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
di Sekolah
Bimbingan
dan Konseling mempunya dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun
tujuan umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah pada dasarnya sejalan dengan
tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan.
Tujuan
khusus bimbingan dan konseling di sekolah :
1.
Membantu
siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan
pengajaran yang berarti.
2.
Membantu
siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek
fisik, mental, dan social.
Fungsi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pada dasarnya fungsi bimbingan dan
konseling di sekolah hamper sama dengan tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah yaitu membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya serta
membantu guru dan juga orang tua siswa itu sendiri.
BAB II
PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Sejarah Bimbingan dan Konseling
Menurut
Bimo Walgito (1989: 12), bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih
dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila
diabandingkan dengan ilmu-ilmu pada umumnya. Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula
timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Person, Jesse
B. Davis, Eli Wefer, John Brewer, dan sebagainya.
Uraian
mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ini lebih spesifik
diungkap oleh Imron Fauzi (2008). Dia menyatakan bahwa gerakan bimbingan di
sekolah mulai berkembang sebagi dampak dari revolusi industri dan keragaman
latar belakang para siswa masuk ke sekolah-sekolah negri. Tahun 1898, Jesse B.
Davis, seorang konselor di Detroit, mulai memberikan layanan konseling
pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia memasukan program
bimbingan di sekolah tersebut.
B. Perkembangn Bimbingan dan Konseling di
Indonesia
Adapun
perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia sangatlah tidak singkat dan
rumit namun saya akan mencoba merangkumnya seperti yang telah ditulisnya pak
Anas dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling”.
Sejarah
mengemukakan adanya konfernsi FKIP seluruh Indonesia di Malang dari tanggal 20
sampai tanggal 24 Agustus 1960, yang memutuskan Bimbingan dan Penyuluhan agar
dimasukan kedalam Kurikulum FKIP. Keadaan ini menunjukan adanya langkah yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam membahas agar ilmu Bimbingan dan
Konseling masuk kedalam salah satu mata ilmu yang dikupas secara ilmiah. Pada
perkembanganya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Sekolah Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PSPP) pada 8 IKIP di Indonesia.
Sk Mendikbud
No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Sebagai Guru dan
Angka kreditnya memuat hal-hal yang substansi khususnya menyangkut Bimbingan
dan Konseling. Dalam BK, seorang ahli
adalah staf khusus yang telah memenuhi jenjang study khusus bidang Bimbingan
dan Konseling dan tidak dilakukan oleh sembarang guru dalam sebuah instirusi
pendidikan.
Adapun
Pola yang ada dalam BK, dinyatakan oleh Prayitno tahu 1999 yang disebut dengan
BK POLA 17. Maksudnya dalam BK tidak lepas dari :
1.
Wawasan Bimbingan dan Konseling. 9.
Layanan Bimbingan Kelompok.
2.
Bimbingan Pribadi. 10.
Layanan Konseling Kelompok.
3.
Bimbingan Sosial. 11.
Instrumentasi BK.
4.
Bimbingan Belajar. 12.
Himpunan Data.
5.
Bimbingan Karir. 13.
Konferensi Kasus.
6.
Layanan Orientasi. 14.
Kunjunagn Rumah.
7.
Layanan Informasi. 15.
Alih Tangan Kasus.
8.
Layanan Penempatan. 16.
Layanan Pembelajaran.
17.
Layanan Konseling Perseorangan.
BAB III
DASAR, PRINSIP, DAN PENDEKATAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
A. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Ø Asas kerahasian
Asas
yang menuntut dirahasiakannnya segenap data dan keterangan siswa (klien) yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain.
v Asas kesukarelaan
Asas
yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien)
mengikuti/menjalani/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
v Asas keterbukaan
Asas
yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
v Asas kegiatan
Asas
yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
v Asas kketerpaduan
Asas
yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain.
v Asas alih tangan kasus
Asas
yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarkan layanan
bimbingna dan konseling secara tepat dan tuntas ata satu permasalahan siswa
(klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli.
B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1.
Pengertian
prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip
berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulan dengan cara tertentu
yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung pada pemula itu.
Prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritis dan teori lapangan
yang terarah dan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. (Halean, 2002: 63)
2.
Macam-macam
Prinsip Bimbingan dan Konseling
Ada
beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya sebagai
berikut.
v Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
v Bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
v Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
v Program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan
program. (Nurihsan, 2006:9)
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien,
tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan
pelayanan.
Diantara prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.
Sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara
perseorangan ataupun perkelompok. Prinsip tersebut dirumuskan sebagai berikut.
a.
BK melayani
semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status
social ekonomi.
b.
BK berurusan
dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
1.
Prinsip-prinsip
berkenaan dengan masalah individu
C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
1.
Dasar/Landasan
Landasan
kode etik konselor adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling
merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga
Negara yang bertangung jawab. (b) tuntutan profesi, mengacu pada kebutuhan dan
kebahagian klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
2.
Kualifikasi dan
Kegiatan Profesional Konselor
a.
Kualifikasi
Konselor
harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam bidang
profesi konseling, dan (2) pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor.
3.
Hubungan
Kelembagaan dan Hak serta Kewajiban Konselor
a.
Jika konselor
bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus ada pengertian dan
kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak lembaga, dan juga dengan klien
yang menghubungi konselor di tempat lembaga itu.
b.
Konselor yang
tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan diharapkan menaati kode etik jalannya
sebagai konselor konselor dan berhak untuk mendapat dukungan serta perlindungan
dari rekan-rekan seprofesinya.
c.
Konselor harus
selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar tidak melangar kode etik
ini.
4.
Personality
Guru Pembimbing
Modal
dasar sebagai cirri personal yang harus dimilikioleh guru pembimbing di antara
sebagai berikut:
a.
Berwawasan luas
Memiliki
pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan siswa pada
usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses
pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa.
b.
Menyeyangi anak
Memiliki
kasih saying yang mendalam terhadap siswa.
c.
Sabar dan
bijaksana
Tidak
mudah marah dan/atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan siswa
serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka.
d.
Lembut dan baik
hati
Tutur
kata dan tindakan guru pembimbing selalu mengenakan hati, hangat, dan siap
menolong.
e.
Tekun dan
teliti
Guru
pembimbing setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan siswa sehari-hari dari
waktu ke waktu, dengan memerhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah dan
perkembangan tersebut.
5.
Kompetensi Guru
Pembimbing/Konselor Sekolah
a.
Kompetensi
Personal
v Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
v Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
v Menampilkan rasa hormat terhadap keragaman individu.
b.
Kompetensi
Keilmuan
v Memiliki wawasan paedagogis dalam melaksanakan layanan professional
konseling.
v Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
v Memahami teori-teori perkembangan manusia.
6.
Konteks
Multikultural dalam Konseling
v Memahami dan menyadari kekuatan konteks kultural dalam proses
konseling.
v Mengidentifikasi dinamika psikologis (motivasi, kecemasan,
orientasi, nilai) dalam berbagai konteks subkultural.
v Mendeskripsikan dinamika sosiologis dalam berbagai konteks
subkultural (keluarga, tradisi, bahasa, agama).
7.
Asesmen
Lingkungan
v Terampil menghimpun dan menganalisis data/informasi individu.
v Memahami organisasi formal dan informal dalam berbagai pola system
sosial.
v Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan system sosial yang perlu
diperbaiki.
8.
Asesmen
Individual
v Mengidentifikasi secara tepat kriteria dan sumber instrument
asesmen untuk pengukuran kelompok dan individual.
v Mengembangkan instrument asesmen untuk kepentingan pemahaman
individu dalam konteks layanan bimbingan dan konseling.
v Menampilkan kecakapan mengadministrasikan instrument tes baku
sesuia dengan standar pelaksanaan tes.
9.
Proses dan
Strategi Kelompok
v Pemahaman empatik terhadap ekspresi masalah perasaan angota.
v Meningkatkan pemahaman anggota akan keadaan perasaan saat ini.
v Melakukan kegiatan konseling kelompok untuk menyampaikan informasi
pribadi, pendidikan, dan pekerjaan.
10.
Layanan
Konsultasi dan Mediasi
v Mendeskripsikan prilaku situasi konsultasi yang tepat dan memadai.
v Menyatakan rambu-rambu hubungan konsultatif.
v Melaporkan situasi dengan piha-pihak yang berkonsultasi.
11.
Riset dan
Konseling
v Mengidentifikasi rujukan yang bersumber dari hasil riset.
v Merancang riset, melaksanakan, dan menggunakan hasilnya.
v Menerjemahkan/memanfaatkan hasil riset ke dalam implikasi
“praktis”.
D.
Pendekatan-pendekatan Bimbingan dan Konseling
Menurut
Iis Haryati yang mengutip dari pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan
berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut.
1.
Pendekatan
Psikoanalitik
Manusia
pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
2.
Pendekatan
Eksistensil-Humanistik
Berfokus
pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri,
kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab.
3.
Pendekatan
Client-Centered
Pendekatan
ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan
kea rah berfungsi penuh.
4.
Pendekatan
Gestalt
Manusia
terdorong ke arah keseluruhan dan intregasi pemikiran perasaan serta tingkah
laku.
BAB IV
TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Jenis-jenis Masalah
Masalah-masalah
individu yang timbul dalam lingkungan sekolah dapat dikalsifikasikan dalam tiga
bidang atau jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya sebagai
berikut.
1.
Masalah
Pendidikan (Pengajaran atau Pembelajaran)
Individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar,
misalnya cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas-tugas dan
lain sebagainya.
2.
Masalah Pribadi
dan Sosial
Masalah-masalah pribadi dalam lingkungan sekolah umumnya bercikal
bakal dari dalam diri pribadi individu yang berhadapan dengan lingkungan
sekitarnya. Adapun masalah-masalah sosial yang kerap dihadapi oleh siswa dalam
lingkungan sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antar individu atau
hubungan antara individu dan lingkungan sosialnya.
3.
Masalah
Pekerjaan (Karir)
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan.
Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya.
B.
Proses dan Langkah-langkah Pelaksaan Studi Kasus
Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” (Diknas,
2009), disebutkan bahwa program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
layanan dan kegiatan pendukung yang dilaksanakan pada periode tertentu. Karena
terkait dengan proses dan langkah-langkah pelaksanaan studi, terdapat berbagai
program sesuai dengan waktu yang tersedia, yaitu sebagai berikut.
1.
Jenis Program
v Program tahunan
v Program bulanan
v Program harian
2.
Materi Program
Program
bimbingan dan konseling untuk setiap periode berisikan materi yang merupakan
sinkronisasi dari unsur-unsur:
a.
Tugas
perkembangan siswa yang mendapatkan layanan;
b.
Bidang-bidang
bimbingan;
c.
Jenis-jenis
layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
3.
Rincian Program
4.
Tahap-tahap
Pelaksanaan Program Satuan Kegiatan.
C.
Metode Mendapatkan Data Untuk Bimbingan dan Konseling
Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan dan
koseling, H.M. Umar dan Sartono (1998: 113-145) secara panjang lebar mengungkan
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan
bimbingan dan konseling, khususnya disekolah.
Oleh karena itu, pada bagian ini, perlu dikemukakan beberapa metode
yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan
dan konseling. Pembicaraan secara mendalam dan terperinci merupakan lapangan
yang khusus dalam lapangan metodologi.
1.
Observasi
Observasi,
yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan
pengamatan secara langsung. Dalam hal ini pelaksanaan penyelidikan dilakukan
dengan pancaindra secara aktif, terutama penglihatan dan pendengaran.
2.
Questionnaire
3.
Interview
4.
Sosiometri
5.
Tes
6.
Case Studi
(studi kasus)
D.
Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling
Dalam menguraikan langkah-langkah bimbingan dan konseling, H.M.
Umar dan Sartono (1998: 146-150) menjelaskan sebagai berikut.
1.
Proses
Langkah-langkah Pelaksanaan
2.
Langkah-langkah
Bimbingan
E.
Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
1.
Bimbingan
Kelompok (Group Guidence)
2.
Konseling Individual
F.
Latihan Melaksanakan Studi Kasus
BAB V
AGAMA DAN
PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Peranan Agama dalam Melaksanakan
Bimbingan dan Konseling
Menurut
pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang
adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari
pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan, sejak dalam
kandungan, seorang ibu sudah memiliki pengaruh terhadap kesehatan mentalnya
pada umumnya.
B.
Peranan Psikologi dalam Masyarakat Bimbingan dan Konseling
Akhmad Sudrajat
memaparkan bahwa landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan
(klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motifasi; (b)
pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e)
kepribadian.
C. Tes Psikologi merupakan Bagian dalam
Bimbingan dan Konseling.
Tujuan Tes
v Mengukur tingkat kecerdasan dasar, bakat, minat dan kepribadian
siswaserta kelanjutan studi.
v Menelusuri kesalahan belajar dan pengarahan selanjutnya (bimbingan
konseling).
v Membantu siswa dalam memilih sekolah lanjutan.
BAB VI
BIMBINGAN
KARIR dan JABATAN
A. Pengertian Bimbingan Karir dan Jabatan
Bimbingan karir bukan hanya memberikan bimbingan jabatan, tetapi
mempunyai arti yang lebih luas, yaitu memberikan bimbingan agar siswa dapat
memasuki kehidupan, tata hidup, dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan
diri dari kehidupan sekolah menuju dunia kerja.
B.
Tujuan Bimbingan Karir/Jabatan
Secara umum,
tujuan bimbingan karir dan konseling adalah sebagai berikut.
1.
Memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
2.
Memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi kerja.
3.
Memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil kputusan karir.
C.
Metode Bimbingan Karir/Jabatan
Metode penyampaiandalam bimbingan karir/jabatan harus mengacu pada
teknik-teknik bimbingan dan konseling, yang telah dijelaskan pada bab IV buku
ini. Untuk lebih jelasnya, lihat kembali bab IV, teknik-teknik bimbingan dan
konseling.
D. Materi Bimbingan Karir/Jabatan
Mengingat pentingnya masalah karir dalam kehidupan manusia, sejak
dini anak perludipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang
lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karir yang
berkelanjutan. Karena itu, layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
yang teresncana berdasarkan pengukuran kebutuhan (need assessment) yang
diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling.
BAB VII
PROGRAM
BIMBINGAN DISEKOLAH
A. Fungsi dan Syarat Bimbingan di Sekolah
Umam Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan
dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Fungsi
pemahanan, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya.
2.
Fungsi
preventive, yaitu fungsi yang berkaitan dengan
upaya konselor untuk senan tiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi.
3.
Fungsi
penyesuain, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
B. Prinsip-prinsip Program Bimbingan
Prinsip dalam membangun program bimbingan dan konseling adalah
mengharapkan agar siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat
sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur. Adapun prinsip
bimbingan dan konseling disekolah adalah membantu dan melayani dengan
sepenuhnya para peserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari
teman-teman sekelasnya.
C. Langkah-langkah Penyusunan dan
Pelaksanaan Program Pelayanan Bimbingan
1.
Permasalahan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
2.
Program
mengatasi masalah belajar
3.
Pelaksanaan
Program Layanan Bimbingan
D. Implikasi-implikasi Program Bimbingan
1.
Fasilitas
2.
Tersedianya
Perangkat Elektronik
3.
Buku-buku
Panduan
4.
Kelengkapan
Administrasi
5.
Tersedianya
Tenaga Guru Pembimbing
BAB VIII
ORGANISASI BIMBINGAN dan KONSELING
A. Perlunya Organisasi Bimbingan dan
Konseling
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa yunani
yang berarti alat. Pengertian organisasi menurut James D. Mooney mengatakan, “Organization
is the form of every humam association fot the attainment of common purpose” (organisasi
adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama).
B. Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip
Organisasi Bimbingan dan Konseling
1.
Organisasi
harus mempunyai tujuan
2.
Prinsip Skala
Hierarki
3.
Prinsip
kesatuan perintah
4.
Prinsip
pendelegasian wewenang
5.
Prinsip
pertanggungjawaban
6.
Prinsip
pembagian pekerjaan
7.
Prinsip rentang
pengendalian
8.
Prinsip
fungsional
C. Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan
dan Konseling
1.
Struktur
2.
Personal
BAB IX
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PELAKSAAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunya peran
sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya
semangat bekerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana, kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu
professional di antara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan
kepala sekolah.
BAB X
PERAN GURU
dalam MELAKSANAKAN BIMBINGAN dan KONSELING
A. Guru sebagai Tokoh Kunci dalam Bimbingan
Oemar Hamalik,
(1990:52-71) menyatakan bahwa dalam system dan proses pendidikan mana pun, guru
tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa
bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Adapun peranan guru
dalam mengemban amanat:
1.
Guru sebagai
Model
2.
Guru sebagai
Perencana
3.
Guru sebagai
Pemimpin
4.
Guru sebagai
Fasilitator
B. Bentuk-bentuk Bimbingan Guru terhadap
Siswa
Ø Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
Ø Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Ø Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.
BAB XI
PERAN KONSELOR dalam PELAKSANAAN BIMBINGAN
A. Beberapa Persyaratan sebagai Konselor
Prof. Sofyan S. Willis (2009: 79-85) memaparkan secara panjang
lebar kualifikasi seorang konselor. Menurutnya, kualitas konselor adalah semua
kriteria keunggulan, termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam menjalankan proses
konseling sehingga mencapai tujuan dengan berhasil (selektif).
Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas pribadi
konselor. Kulaitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala
aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika
dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh.
B.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Konselor
Seorang konselor mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan,
misalanya mengadakan penelitian terhadap lingkungan sekolah, membimbing
anak-anak, serta memberikan saran-saran yang berharga. Karena itu, seorang
konselor tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan.
Sebab, ketiganya yaitu tanggung jawab, prinsip, dank ode etik, senantiasa
berkaitan satu sama yang lain. Telah dijelaskan pada bab III buku ini bahwa
prinsip-prinsip bimbingan itu pada intinya berkenaan dengan sasaran pelayanan:
(1) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama,
dan status sosial; (2) memerhatikan tahapan perkembangan; dan (3) memerhatikan
adanya perbedaan individu dalam layanan.
BAB XII
PERANAN
PENGAWAS dalam ORGANISASI BIMBINGAN
A. Persyaratan bagi Pengawas Konselor
Persyaratan
administrative calon pengawas adalah sebagai berikut.
1.
Berpengalaman
sebagai guru minimal 8 tahun secara terus-menerus, wakil kepala sekolah, dan
atau kepala sekolah minimal berpengalaman 4 tahun dan menunjukan prestasi
selama menjadi guru, wakil kepala sekolah, atau kepala sekolah.
2.
Memiliki
sertifikasi Pendidikan Profesi Pengawas dari LPTK Negeri.
3.
Pangkat/golongan
sekurang-kurangnya golongan III/b yang dibuktikan dengan SK kepangkatan.
4.
Diusulkan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mendapat rekomendasi dari kepala
sekolah, setelah melalui proses pemilihan di sekolah yang bersangkutan.
B. Fungsi Pengawas Konselor
Dalam buku, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah,” terbitan
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Depdiknas, (2008: 33), dijelaslkan bahwa pengawas (TK/SD)
hyendaknya memahami struktur program bimbingan dan konseling dan dapat
memberikan pembinaan dan pengawasan agar sekolah memiliki program bimbingan dan
konseling yang dapat dilaksanakan dengan baik.
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan
diskusi terfokus berkenaan dengan ketersediaan personal konselor sesuai dengan
kebutuhan (berdasarkan jumlah siswa) serta upaya-upaya untuk memenuhi
ketersediaan konselor, optimilasasi peran, dan fungsi personal sekolah dalam
layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme layanan sesuai dengan peran
dan fungsi.
BAB XIII
EVALUASI
PROGRAM BIMBINGAN dan KONSELING
A. Prinsip-prinsip dalam Melaksanakan
Evaluasi
Eavaluasi program bimbingan, menurut W.S Winkel (1991: 135), adalah
usaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi
peningkatan mutu program bimbingan.
B. Tujuan Evaluasi
1.
Tujuan Umum
v Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek
yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
v Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.
v Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuain dengan
kebutuhan.
2.
Fungsi Evaluasi
v Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing
(konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling.
v Memberikan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran,
dan orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi BK di sekolah.
3.
Aspek-aspek
yang Dievaluasi
v Keseuaian antara program dan pelaksanaan
v Keterlaksanaan program
v Hambatan-hambatan yang dijumpai
4.
Langkah-langkah
Evaluasi
v Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
v Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpulan data.
v Mengumpulkan dan menganailis data.
v Melaksanakan tindak lanju (follow up)
BAB XIV
PROBLEMATIKA BIMBINGAN dan KONSELING
A. Macam-macam Problem Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling
1.
Probelmatika
eksternal (masyarakat)
2.
Problematika
Internal (Konselor)
3.
Problematika
dalam Dunia Pendidikan
B. Alternative Pemecahan Problem Bimbingan
1.
Konselor di
Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah
2.
Bimbingan dan
Konseling Dianggap semata-mata sebagai Proses Pemberian Nasihat
3.
Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada hanya
Menangani Masalah yang Bersifat Insidental
4.
Bimbingan dan
Konseling Dibatasi hanya untuk Klien-klien Tertentu saja
5.
Bimbingan dan
Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”
6.
Bimbingan dan
Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama saja.
Banayaknya problematika yang terjadi dalam konseling kebanyakan
lahir karena ketidak fahaman yang mendalam tentang bimbingan dan konseling, oleh
karena itu image bimbingan dan konseling harus benar- benar di bangun kembali.