Sabtu, 26 Januari 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING


Rounded Rectangle: NAMA	: SAEPUL
NIM	: 1210201095
PRODI	: KEPENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER : V/B
 



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atu beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapatkan kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya (Frank Parson, 1951). Dalam Peraturan Pemerintahan NO. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengahdikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalamrangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami  suatu masalah (disebut klien) yang bermula pada teratisnya masalah yang dihadapi klien.
B.     Hubungan Bimbingan dan Konseling
Apabila diteliti antara pengertian bimbingan dan pengertian konseling, kita akan mendapatkan kesamaan disamping adanya sifat-sifat yang khas yang ada pada kegiatan konseling. Hal dapat dikemukakan sebagai berikut:
v  Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian bimbingan lebih luas dari pada pengertian konseling (penyuluhan). Oleh karena itu, konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua bentuk guidance merupakan kegiatan konseling.
v  Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor dan conselee secara face to face (tatap muka). Adapun guidance dijalankan secara grup atau kelompok.
C.     Macam-macam Bimbingan dan Konseling
Terdapat dalam perkembangan sejarahnya, bahwa bimbingan dan konseling pada awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan misalnya, “job selection, job placement”, dan “job training”. Disamping bimbingan jabatan dirintislah bimbingan dalam segi lain, yaitu dalam segi pendidikan, seperti yang dirintis oleh Jesse B. Davis. Seperti yang dikemukakanoleh Blum dan Halinsky, “briefly, there are there major types of counseling: vocational, educational, and personal. Artinya adalah singkatannya, ada tiga jenis utama konseling: kejujuran, Pendidikan, dan pribadi”.
D.    Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan Konseling mempunya dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.
Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah :
1.      Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
2.      Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan social.
Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pada dasarnya fungsi bimbingan dan konseling di sekolah hamper sama dengan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya serta membantu guru dan juga orang tua siswa itu sendiri.



BAB II
PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Sejarah Bimbingan dan Konseling
Menurut Bimo Walgito (1989: 12), bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila diabandingkan dengan ilmu-ilmu pada umumnya. Bila kita telusuri, bimbingan dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Person, Jesse B. Davis, Eli Wefer, John Brewer, dan sebagainya.
Uraian mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ini lebih spesifik diungkap oleh Imron Fauzi (2008). Dia menyatakan bahwa gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang sebagi dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa masuk ke sekolah-sekolah negri. Tahun 1898, Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit, mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia memasukan program bimbingan di sekolah tersebut.
B.     Perkembangn Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Adapun perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia sangatlah tidak singkat dan rumit namun saya akan mencoba merangkumnya seperti yang telah ditulisnya pak Anas dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling”.
Sejarah mengemukakan adanya konfernsi FKIP seluruh Indonesia di Malang dari tanggal 20 sampai tanggal 24 Agustus 1960, yang memutuskan Bimbingan dan Penyuluhan agar dimasukan kedalam Kurikulum FKIP. Keadaan ini menunjukan adanya langkah yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam membahas agar ilmu Bimbingan dan Konseling masuk kedalam salah satu mata ilmu yang dikupas secara ilmiah. Pada perkembanganya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Sekolah Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSPP) pada 8 IKIP di Indonesia.
Sk Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Sebagai Guru dan Angka kreditnya memuat hal-hal yang substansi khususnya menyangkut Bimbingan dan Konseling.  Dalam BK, seorang ahli adalah staf khusus yang telah memenuhi jenjang study khusus bidang Bimbingan dan Konseling dan tidak dilakukan oleh sembarang guru dalam sebuah instirusi pendidikan.
Adapun Pola yang ada dalam BK, dinyatakan oleh Prayitno tahu 1999 yang disebut dengan BK POLA 17. Maksudnya dalam BK tidak lepas dari :
1. Wawasan Bimbingan dan Konseling.   9. Layanan Bimbingan Kelompok.    
2. Bimbingan Pribadi.                                           10. Layanan Konseling Kelompok.
3. Bimbingan Sosial.                                             11. Instrumentasi BK.            
4. Bimbingan Belajar.                                           12. Himpunan Data.
5. Bimbingan Karir.                                              13. Konferensi Kasus.
6. Layanan Orientasi.                                            14. Kunjunagn Rumah.
7. Layanan Informasi.                                           15. Alih Tangan Kasus.
8. Layanan Penempatan.                                       16. Layanan Pembelajaran.
17.  Layanan Konseling Perseorangan.
BAB III
DASAR, PRINSIP, DAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Ø  Asas kerahasian
Asas yang menuntut dirahasiakannnya segenap data dan keterangan siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
v  Asas kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien) mengikuti/menjalani/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
v  Asas  keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
v  Asas kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
v  Asas kketerpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain.
v  Asas alih tangan kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarkan layanan bimbingna dan konseling secara tepat dan tuntas ata satu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli.
B.     Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulan dengan cara tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung pada pemula itu. Prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritis dan teori lapangan yang terarah dan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. (Halean, 2002: 63)
2.      Macam-macam Prinsip Bimbingan dan Konseling
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya sebagai berikut.
v  Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
v  Bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
v  Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
v  Program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program. (Nurihsan, 2006:9)
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perseorangan ataupun perkelompok. Prinsip tersebut dirumuskan sebagai berikut.
a.       BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status social ekonomi.
b.      BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
1.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
C.     Kode Etik Bimbingan dan Konseling
1.      Dasar/Landasan
Landasan kode etik konselor adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga Negara yang bertangung jawab. (b) tuntutan profesi, mengacu pada kebutuhan dan kebahagian klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
2.      Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor
a.       Kualifikasi
Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam bidang profesi konseling, dan (2) pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor.
3.      Hubungan Kelembagaan dan Hak serta Kewajiban Konselor
a.       Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus ada pengertian dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak lembaga, dan juga dengan klien yang menghubungi konselor di tempat lembaga itu.
b.      Konselor yang tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan diharapkan menaati kode etik jalannya sebagai konselor konselor dan berhak untuk mendapat dukungan serta perlindungan dari rekan-rekan seprofesinya.
c.       Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar tidak melangar kode etik ini.
4.      Personality Guru Pembimbing 
Modal dasar sebagai cirri personal yang harus dimilikioleh guru pembimbing di antara sebagai berikut:
a.       Berwawasan luas
Memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentang perkembangan siswa pada usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa.
b.      Menyeyangi anak
Memiliki kasih saying yang mendalam terhadap siswa.
c.       Sabar dan bijaksana
Tidak mudah marah dan/atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan siswa serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka.
d.      Lembut dan baik hati
Tutur kata dan tindakan guru pembimbing selalu mengenakan hati, hangat, dan siap menolong.
e.       Tekun dan teliti
Guru pembimbing setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan siswa sehari-hari dari waktu ke waktu, dengan memerhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah dan perkembangan tersebut.
5.      Kompetensi Guru Pembimbing/Konselor Sekolah
a.       Kompetensi Personal
v  Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
v  Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
v  Menampilkan rasa hormat terhadap keragaman individu.
b.      Kompetensi Keilmuan
v  Memiliki wawasan paedagogis dalam melaksanakan layanan professional konseling.
v  Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis.
v  Memahami teori-teori perkembangan manusia.
6.      Konteks Multikultural dalam Konseling
v  Memahami dan menyadari kekuatan konteks kultural dalam proses konseling.
v  Mengidentifikasi dinamika psikologis (motivasi, kecemasan, orientasi, nilai) dalam berbagai konteks subkultural.
v  Mendeskripsikan dinamika sosiologis dalam berbagai konteks subkultural (keluarga, tradisi, bahasa, agama).
7.      Asesmen Lingkungan
v  Terampil menghimpun dan menganalisis data/informasi individu.
v  Memahami organisasi formal dan informal dalam berbagai pola system sosial.
v  Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan system sosial yang perlu diperbaiki.
8.      Asesmen Individual
v  Mengidentifikasi secara tepat kriteria dan sumber instrument asesmen untuk pengukuran kelompok dan individual.
v  Mengembangkan instrument asesmen untuk kepentingan pemahaman individu dalam konteks layanan bimbingan dan konseling.
v  Menampilkan kecakapan mengadministrasikan instrument tes baku sesuia dengan standar pelaksanaan tes.
9.      Proses dan Strategi Kelompok
v  Pemahaman empatik terhadap ekspresi masalah perasaan angota.
v  Meningkatkan pemahaman anggota akan keadaan perasaan saat ini.
v  Melakukan kegiatan konseling kelompok untuk menyampaikan informasi pribadi, pendidikan, dan pekerjaan.
10.  Layanan Konsultasi dan Mediasi
v  Mendeskripsikan prilaku situasi konsultasi yang tepat dan memadai.
v  Menyatakan rambu-rambu hubungan konsultatif.
v  Melaporkan situasi dengan piha-pihak yang berkonsultasi.
11.  Riset dan Konseling
v  Mengidentifikasi rujukan yang bersumber dari hasil riset.
v  Merancang riset, melaksanakan, dan menggunakan hasilnya.
v  Menerjemahkan/memanfaatkan hasil riset ke dalam implikasi “praktis”.
D.    Pendekatan-pendekatan Bimbingan dan Konseling
Menurut Iis Haryati yang mengutip dari pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut.
1.      Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
2.      Pendekatan Eksistensil-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab.
3.      Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan kea rah berfungsi penuh.
4.      Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan intregasi pemikiran perasaan serta tingkah laku.
BAB IV
TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Jenis-jenis Masalah
Masalah-masalah individu yang timbul dalam lingkungan sekolah dapat dikalsifikasikan dalam tiga bidang atau jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya sebagai berikut.
1.      Masalah Pendidikan (Pengajaran atau Pembelajaran)
Individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, misalnya cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas-tugas dan lain sebagainya.
2.      Masalah Pribadi dan Sosial
Masalah-masalah pribadi dalam lingkungan sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam diri pribadi individu yang berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Adapun masalah-masalah sosial yang kerap dihadapi oleh siswa dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antar individu atau hubungan antara individu dan lingkungan sosialnya.
3.      Masalah Pekerjaan (Karir)
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya.
B.     Proses dan Langkah-langkah Pelaksaan Studi Kasus
Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” (Diknas, 2009), disebutkan bahwa program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang dilaksanakan pada periode tertentu. Karena terkait dengan proses dan langkah-langkah pelaksanaan studi, terdapat berbagai program sesuai dengan waktu yang tersedia, yaitu sebagai berikut.
1.      Jenis Program
v  Program tahunan
v  Program bulanan
v  Program harian
2.      Materi Program
Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode berisikan materi yang merupakan sinkronisasi dari unsur-unsur:
a.       Tugas perkembangan siswa yang mendapatkan layanan;
b.      Bidang-bidang bimbingan;
c.       Jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
3.      Rincian Program
4.      Tahap-tahap Pelaksanaan Program Satuan Kegiatan.
C.     Metode Mendapatkan Data Untuk Bimbingan dan Konseling
Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan dan koseling, H.M. Umar dan Sartono (1998: 113-145) secara panjang lebar mengungkan metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan konseling, khususnya disekolah.
Oleh karena itu, pada bagian ini, perlu dikemukakan beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan dan konseling. Pembicaraan secara mendalam dan terperinci merupakan lapangan yang khusus dalam lapangan metodologi.
1.      Observasi
Observasi, yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Dalam hal ini pelaksanaan penyelidikan dilakukan dengan pancaindra secara aktif, terutama penglihatan dan pendengaran.
2.      Questionnaire
3.      Interview
4.      Sosiometri
5.      Tes
6.      Case Studi (studi kasus)
D.    Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling
Dalam menguraikan langkah-langkah bimbingan dan konseling, H.M. Umar dan Sartono (1998: 146-150) menjelaskan sebagai berikut.
1.      Proses Langkah-langkah Pelaksanaan
2.      Langkah-langkah Bimbingan
E.     Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
1.      Bimbingan Kelompok (Group Guidence)
2.      Konseling Individual
F.      Latihan Melaksanakan Studi Kasus

BAB V
AGAMA DAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Peranan Agama dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling
Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan, sejak dalam kandungan, seorang ibu sudah memiliki pengaruh terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya.
B.     Peranan Psikologi dalam Masyarakat Bimbingan dan Konseling 
Akhmad Sudrajat memaparkan bahwa landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motifasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
C.     Tes Psikologi merupakan Bagian dalam Bimbingan dan Konseling.
Tujuan Tes
v  Mengukur tingkat kecerdasan dasar, bakat, minat dan kepribadian siswaserta kelanjutan studi.
v  Menelusuri kesalahan belajar dan pengarahan selanjutnya (bimbingan konseling).
v  Membantu siswa dalam memilih sekolah lanjutan.
BAB VI
BIMBINGAN KARIR dan JABATAN
A.    Pengertian Bimbingan Karir dan Jabatan
Bimbingan karir bukan hanya memberikan bimbingan jabatan, tetapi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu memberikan bimbingan agar siswa dapat memasuki kehidupan, tata hidup, dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan diri dari kehidupan sekolah menuju dunia kerja.
B.     Tujuan Bimbingan Karir/Jabatan
Secara umum, tujuan bimbingan karir dan konseling adalah sebagai berikut.
1.      Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2.      Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi kerja.
3.      Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil kputusan karir.
C.     Metode Bimbingan Karir/Jabatan
Metode penyampaiandalam bimbingan karir/jabatan harus mengacu pada teknik-teknik bimbingan dan konseling, yang telah dijelaskan pada bab IV buku ini. Untuk lebih jelasnya, lihat kembali bab IV, teknik-teknik bimbingan dan konseling. 
D.    Materi Bimbingan Karir/Jabatan
Mengingat pentingnya masalah karir dalam kehidupan manusia, sejak dini anak perludipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karir yang berkelanjutan. Karena itu, layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang teresncana berdasarkan pengukuran kebutuhan (need assessment) yang diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling.

BAB VII
PROGRAM BIMBINGAN DISEKOLAH
A.    Fungsi dan Syarat Bimbingan di Sekolah
Umam Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Fungsi pemahanan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya.
2.      Fungsi preventive, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senan tiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi.
3.      Fungsi penyesuain, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

B.     Prinsip-prinsip Program Bimbingan
Prinsip dalam membangun program bimbingan dan konseling adalah mengharapkan agar siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur. Adapun prinsip bimbingan dan konseling disekolah adalah membantu dan melayani dengan sepenuhnya para peserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari teman-teman sekelasnya.
C.     Langkah-langkah Penyusunan dan Pelaksanaan Program Pelayanan Bimbingan
1.      Permasalahan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
2.      Program mengatasi masalah belajar
3.      Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan
D.    Implikasi-implikasi Program Bimbingan
1.      Fasilitas
2.      Tersedianya Perangkat Elektronik
3.      Buku-buku Panduan
4.      Kelengkapan Administrasi
5.      Tersedianya Tenaga Guru Pembimbing

BAB VIII
ORGANISASI BIMBINGAN dan KONSELING
A.    Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi menurut James D. Mooney mengatakan, “Organization is the form of every humam association fot the attainment of common purpose” (organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama).
B.     Dasar-dasar dan Prinsip-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling
1.      Organisasi harus mempunyai tujuan
2.      Prinsip Skala Hierarki
3.      Prinsip kesatuan perintah
4.      Prinsip pendelegasian wewenang
5.      Prinsip pertanggungjawaban
6.      Prinsip pembagian pekerjaan
7.      Prinsip rentang pengendalian
8.      Prinsip fungsional
C.     Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
1.      Struktur
2.      Personal
BAB IX
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PELAKSAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunya peran sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat bekerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana, kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu professional di antara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

BAB X
PERAN GURU dalam MELAKSANAKAN BIMBINGAN dan KONSELING
A.    Guru sebagai Tokoh Kunci dalam Bimbingan
Oemar Hamalik, (1990:52-71) menyatakan bahwa dalam system dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Adapun peranan guru dalam mengemban amanat:
1.      Guru sebagai Model
2.      Guru sebagai Perencana
3.      Guru sebagai Pemimpin
4.      Guru sebagai Fasilitator
B.     Bentuk-bentuk Bimbingan Guru terhadap Siswa
Ø  Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
Ø  Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Ø  Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.

BAB XI
PERAN KONSELOR dalam PELAKSANAAN BIMBINGAN
A.    Beberapa Persyaratan sebagai Konselor
Prof. Sofyan S. Willis (2009: 79-85) memaparkan secara panjang lebar kualifikasi seorang konselor. Menurutnya, kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan, termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan dengan berhasil (selektif).
Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor. Kulaitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh.
B.     Kewajiban dan Tanggung Jawab Konselor
Seorang konselor mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan, misalanya mengadakan penelitian terhadap lingkungan sekolah, membimbing anak-anak, serta memberikan saran-saran yang berharga. Karena itu, seorang konselor tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan. Sebab, ketiganya yaitu tanggung jawab, prinsip, dank ode etik, senantiasa berkaitan satu sama yang lain. Telah dijelaskan pada bab III buku ini bahwa prinsip-prinsip bimbingan itu pada intinya berkenaan dengan sasaran pelayanan: (1) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial; (2) memerhatikan tahapan perkembangan; dan (3) memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan. 

BAB XII
PERANAN PENGAWAS dalam ORGANISASI BIMBINGAN
A.    Persyaratan bagi Pengawas Konselor
Persyaratan administrative calon pengawas adalah sebagai berikut.
1.      Berpengalaman sebagai guru minimal 8 tahun secara terus-menerus, wakil kepala sekolah, dan atau kepala sekolah minimal berpengalaman 4 tahun dan menunjukan prestasi selama menjadi guru, wakil kepala sekolah, atau kepala sekolah.
2.      Memiliki sertifikasi Pendidikan Profesi Pengawas dari LPTK Negeri.
3.      Pangkat/golongan sekurang-kurangnya golongan III/b yang dibuktikan dengan SK kepangkatan.
4.      Diusulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mendapat rekomendasi dari kepala sekolah, setelah melalui proses pemilihan di sekolah yang bersangkutan.
B.     Fungsi Pengawas Konselor
Dalam buku, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah,” terbitan Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas, (2008: 33), dijelaslkan bahwa pengawas (TK/SD) hyendaknya memahami struktur program bimbingan dan konseling dan dapat memberikan pembinaan dan pengawasan agar sekolah memiliki program bimbingan dan konseling yang dapat dilaksanakan dengan baik.
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan diskusi terfokus berkenaan dengan ketersediaan personal konselor sesuai dengan kebutuhan (berdasarkan jumlah siswa) serta upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan konselor, optimilasasi peran, dan fungsi personal sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme layanan sesuai dengan peran dan fungsi.

BAB XIII
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN dan KONSELING
A.    Prinsip-prinsip dalam Melaksanakan Evaluasi
Eavaluasi program bimbingan, menurut W.S Winkel (1991: 135), adalah usaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan.
B.     Tujuan Evaluasi
1.      Tujuan Umum
v  Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
v  Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
v  Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuain dengan kebutuhan.
2.      Fungsi Evaluasi
v  Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing (konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
v  Memberikan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi BK di sekolah.
3.      Aspek-aspek yang Dievaluasi
v  Keseuaian antara program dan pelaksanaan
v  Keterlaksanaan program
v  Hambatan-hambatan yang dijumpai
4.      Langkah-langkah Evaluasi
v  Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
v  Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpulan data.
v  Mengumpulkan dan menganailis data.
v  Melaksanakan tindak lanju (follow up)

                                    BAB XIV
PROBLEMATIKA BIMBINGAN dan KONSELING
A.    Macam-macam Problem Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
1.      Probelmatika eksternal (masyarakat)
2.      Problematika Internal (Konselor)
3.      Problematika dalam Dunia Pendidikan
B.     Alternative Pemecahan Problem Bimbingan
1.      Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah
2.      Bimbingan dan Konseling Dianggap semata-mata sebagai Proses Pemberian Nasihat
3.       Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada hanya Menangani Masalah yang Bersifat Insidental
4.      Bimbingan dan Konseling Dibatasi hanya untuk Klien-klien Tertentu saja
5.      Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”
6.      Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama saja.
Banayaknya problematika yang terjadi dalam konseling kebanyakan lahir karena ketidak fahaman yang mendalam tentang bimbingan dan konseling, oleh karena itu image bimbingan dan konseling harus benar- benar di bangun kembali.